Oleh: Arda Kartiwan, Apt.
Ramadhan
adalah bulan dimana pertama kali diturunkannya Al Qur’an oleh Alloh swt kepada
Nabi Muhammad saw, sebagai petunjuk dan pembeda (yang baik dan buruk) bagi
manusia menuju kesuksesan hidup di dunia dan akhirat (Al Baqarah(2): 185).
“Bulan
Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkannya Al Qur’an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
sebagai pembeda”.
Apa itu
petunjuk/hidayah?
Petunjuk
itu adalah ketika kita mengetahui bagaimana cara sholat yang benar, cara sholat
yang khusyu. Petunjuk itu adalah ketika kita mengetahui cara puasa Ramadhan yang benar,
yang bisa mengantarkan manusia menjadi takwa.
Petunjuk itu adalah ketika kita tahu cara mendidik anak yang benar, cara
berbhakti kepada orang tua yang benar, cara bekerja yang benar, cara menjadi
pekerja atau pegawai yang benar, cara menjadi pimpinan atau atasan yang benar, cara
berbisnis yang benar, cara mencari rizki yang benar, cara berteman dan mencari
teman yang benar, serta semua cara hidup yang benar yang petunjuknya ada dalam Al
Qur’an atau dari perilaku hidup Rasulullah saw (Al Hadist) yang telah sempurna
mempraktekkan nilai-nilai Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu
agungnya nilai-nilai Al Qur’an sebagai petunjuk hidup bagi manusia, maka Alloh
swt menamakan malam diturunkannya Al Qur’an itu disebut sebagai Malam
Kemuliaan (Lailatul Qadr), suatu malam yang nilai kebaikannya lebih dari
kebaikan 1000 bulan (Al Qadr (97): 1 – 5)
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu,
apakah malam kemuliaan itu?.Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada
malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk
mengatur urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar”.
Apakah
Malam Kemuliaan selalu datang setiap Ramadhan? Jawabannya: Ya, Lailatul Qadr selalu
turun disetiap bulan Ramadhan, hal ini menurut pendapat mayoritas ulama
berdasarkan beberapa hadist mengenai hal tersebut, dan salah satunya yakni hadist
riwayat Imam Ahmad bin Hanbal dari Ubadah bin ash-Shamit bahwa dia pernah
bertanya kepada Rasulullah saw mengenai Lailatu Qadr, lalu Beliau bersabda:
“Pada
bulan Ramadhan, carilah ia (Lailatul Qadr) pada malam sepuluh terakhir, karena
ia ada di malam ganjil, malam keduapuluh satu, atau keduapuluh tiga, atau
keduapuluh lima, atau keduapuluh tujuh atau keduapuluh sembilan atau pada malam
terakhir”.
Tetapi
ketahuilah, bahwa sesungguhnya Al Qur’an telah turun kepada Rasulullah dan
sudah diajarkan kepada manusia hingga saat ini. Lalu untuk apa Alloh swt terus
menurunkan Lailatul Qadr setiap Ramadhan, suatu malam yang nilai kebaikannya lebih dari 1000 bulan dan disertai dengan turunnya para malaikat, termasuk Jibril (Roh Kudus) untuk menyaksikan keberkahan pada malam itu?.
Jawabannya,
karena Alloh swt Maha Pengasih dan Penyayang kepada manusia, sehingga Dia
akan memberikan balasan atas prestasi orang-orang yang sudah bersungguh-sungguh dalam menjalankan segala ketataan kepada-Nya, sehingga orang-orang tersebut bisa mendapatkan
nilai kebaikan hidupnya lebih dari kebaikan selama 1000 bulan.
Maka, kalau Lailatul
Qadr identik dengan turunnya Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, maka
sudah jelas bahwa turunnya Lailatul Qadr sangat erat kaitannya dengan turunnya NILAI-NILAI
AL QUR’AN bagi manusia. Dengan kata lain, pada malam Lailatul Qadr Alloh swt
akan menurunkan NILAI-NILAI AL QUR’AN untuk ditanamkan pada diri-diri manusia yang
dipilh-Nya.
Siapa
orang-orang yang akan Alloh tanamkan nilai-nilai Al Qur’an pada dirinya? Apakah
semua manusia?. Jawabnya: pasti bukan sembarang orang bisa menerima ditanamkannya nilai-nilai
Al Qur’an dalam dirinya, sebab Al Qur’an adalah firman-Nya Yang Maha Mulia, Petunjuk
dan Kebaikan yang mutlak. Kebaikan-Nya tidak akan mungkin bisa bersatu atau bercampur
dengan keburukan-keburukan diri manusia. Maka orang yang paling dekat dengan Dia dan yang
bersih dirinya dari segala dosa dan maksiatlah yang akan sanggup menerima ditanamkannya nilai-nilai
Al Qur’an pada dirinya oleh Alloh swt.
Inilah ciri-ciri
orang-orang yang paling siap menerima ditanamkannya nilai-nilai Al Qur’an pada
dirinya:
1.
Total imannya
kepada Alloh swt dan semua yang terkait dengan Alloh (terhadap para malaikat,
kitab-kitab, para Nabi & Rasul, hari akhir, menjalankan semua perintah, menjauhi larangan-larangan-Nya, yakin dengan takdir-takdir-Nya,
dll).
2.
Semua yang dia punya (harta, jabatan, ilmu, popularitas, bisnis, jiwa
dan raga) semuanya digunakan untuk kemaslahatan/kebaikan manusia sehingga semuanya bernilai akhirat.
3.
Hatinya
lapang, sehingga tidak punya rasa benci pada sesama, bisa menahan amarah,
menjadi pemaaf, senantiasa bersyukur dan bersabar dalam hidup.
Tiga ciri itulah sifat-sifat
yang ada pada diri orang-orang bertakwa. Orang yang paling mulia dalam
pandangan Alloh, orang-orang yang telah diberi nikmat, orang-orang yang sukses
dunia akhirat, orang-orang yang paling siap menerima Lailatul Qadr.
“Dan barangsiapa
menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan
orang yang Diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta
kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya”. (An Nisa(4): 69).
Inilah contoh nyata 4
golongan orang-orang yang bertakwa, yakni orang-orang yang telah diberi nikmat oleh
Alloh swt:
1. Nabiyin, golongan para Nabi, golongan orang-orang yang telah dipilih Alloh dalam kesempurnaan keimanan dan ketaatannya.
2. Sidiqin, golongan orang benar, yang membenarkan semua
yang datang dari Alloh dan Rasul-Nya, orang-orang yang total imannya kepada
Alloh swt, yang menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan--Nya.
3. Syuhada, orang yang mati syahid, para pembela agama baik
dengan harta, jiwa & raga, termasuk para penyampai kebenaran.
4. Salihin, orang-orang yang suka beramal saleh,
orang-orang yang semua yang dia dimiliki dalam hidupnya, digunakan untuk
kemaslahatan manusia sehingga pahalanya terus mengalir walaupun dia sudah tiada.